ASEAN, Berhenti Membuang-Buang Waktu di Myanmar

3 bulan sudah berakhir semenjak ASEAN capai persetujuan mengenai taktik lima point untuk menangani keadaan Myanmar. Keadaan Myanmar sudah lebih buruk secara menegangkan sepanjang masa ini. Meski begitu, gagasan lima point masih tetap cuman selembar kertas, dengan sedikit bukti perkembangan aktual ke arah eksekusi.

Saat itu, korban meninggal terus menimbun di jalanan Myanmar. Beberapa ratus orang meninggal oleh polisi dan tentara awalnya tahun ini sepanjang demo nyaman melawan pengambilalihan militer. Persenjataan mematikan junta pada gelombang ke-3 virus corona sekarang ini banjiri kamar mayat dan datangkan keruntuhan besar.

Pandemi ini mengakibatkan kerusuhan di Amerika Serikat. Kekurangan oksigen kronis dan mekanisme perawatan kesehatan yang hancur memiliki arti cuma beberapa kecil pasien yang terima perawatan yang mereka perlukan. Persetujuan lima point terhitung janji ASEAN untuk menolong Myanmar dengan sumbangan kemanusiaan. Itu belum ada, walau makin menekannya keperluan akan kontribusi pengamanan jiwa.

Brunei akan jadi tuan rumah Tatap muka Menteri Luar negeri ASEAN ke-54 pekan kedepan. Pemilihan utusan khusus ASEAN untuk Myanmar yang sudah lama dinanti-nantikan, yang disetujui sebagai sisi dari persetujuan lima point, diprediksi akan tersingkap.

Tetapi, pemilihan utusan khusus, yang bekerja pimpin usaha regional untuk menuntaskan keadaan, tidak akan ada maknanya terkecuali ASEAN mempunyai ide yang terang mengenai apa yang akan dilaksanakan seterusnya.

Apa yang perlu jadi cara seterusnya? Sebuah jalan di depan sudah disiapkan oleh Dewan Penasihat Khusus untuk Myanmar, di mana saya ialah salah satu anggota pendirinya. Untuk memungkinkannya kontribusi pengamanan jiwa masuk ke Myanmar, jalur suplai harus diputuskan melewati tepian negara. Dengan beberapa negara anggota ASEAN yang bersebelahan dengan Myanmar, ASEAN mainkan peranan politik yang berarti dalam masalah ini.

ASEAN harus bekerja dengan kesehatan lokal dan penyuplai service yang lain sekarang ini datang di atas lapangan. Organisasi Kesehatan Etnis dan Pemerintahan Kesatuan Bangsa sudah membuat team kerja kombinasi COVID-19. Ini dipegang oleh beberapa pimpinan kemanusiaan populer dengan ketrampilan beberapa puluh tahun memberinya kontribusi genting ke beberapa pengungsi yang larikan diri dari militer Myanmar. Mereka mengetahui bagaimana memberinya kontribusi secara aman dan terjaga, dan ASEAN harus memberikan dukungan mereka.

tidak ada waktu untuk disia-siakan kembali. Dengan berakhirnya hari, ketidakpedulian ASEAN makin dekat sama keterkaitan dalam gempuran biadab junta pada rakyat Myanmar.

Senin lalu, kepala junta, Jenderal Min Aung Hlaing, umumkan jika dia ingin ASEAN keluarkan dana COVID, membuat olokan usaha regional untuk melawan virus. Sesudah tinggalkan program pengetesan dan imunisasi Myanmar dan merusak mekanisme perawatan kesehatan negara tersebut sesudah memperlancar kup pada Februari, pasukannya memakai rumah sakit sebagai kamp militer dan menarget karyawan klinis, mengirimi beberapa ribu orang ke arah tempat persembunyian.