Tempat Angker Yang Ada Di Kamboja

Masyarakat kamboja sampai saat ini masih memiliki kepercayaan pada takhayul dan mereka mengambil langkah untuk memastikan roh orang mati terperangkap di bumi tapi di satu tempat agar tidak membuat kekacauan nantinya. Mereka mengikuti keyakinan buddhis tentang orang yang meninggal dengan kematian kejam tidak akan bisa meneruskan kehidupan selanjutnya dan menjalani kehidupan penuh dosa di kehidupan bumi. Dulu saat rezim khmer merah membuat banyak orang meninggal dan di percaya arwahnya masih tidak tenang dan bergentayangan. Nah kali ini kita akan membahas tempat mana saja yang angker dan terkenal di kamboja :

  • Independence Hotel

Masyarakat sekitar percaya hotel yang terletak di Sihaknoukville terkenal akan keangkerannya dan banyak penghuninya. Hotel ini pertama kali di bangun pada tahun 1964 sebagai kalangan orang kaya dan terkenal yang menginap di hotel ini. Kemudian pada tahun 1970an pertengahan menjadi tempat pangkalan bagi tentara Khmer Merah. Menurut mitos yang di percaya masyarakat di sana bahwa kolam berenang dulunya di gunakan sebagai tempat penahan dan tempat eksekusi massal. Setelah itu hotel ini di biarkan begitu saja hingga pada tahun 1982 di buka kembali menjadi tempat pasukan UNTAC sampai tahun 1990-an. Setelah itu di tutup kembali pada tahun 1999 dan di lakukan perombakan besar hingga dapat menerima tamu kembali pada tahun 2007 sampai sekarang. Banyak tamu hotel mengaku melihat penampakan hantu selama menginap di hotel ini.

  • Tuol Sleng Genocide Museum

Museum ini dulunya adalah bekas tempat sekolah menengah yang terletak di Phnom Phen kamboja. Dulunya bangunan bekas sekolah ini di gunakan sebagai tempat kamp tahanan politik atau Security Prison 21. Selama masa itu terdapat 20.000 tahanan dan hanya 7 tahanan yang selamat karena sisanya di bunuh dan di siksa di dalam bangunan ini. Pada tahun 1979 saat tentara vietnam membebaskan Phnom Phen meninggalkan berbagai alat penyiksaan hingga dinding yang berlumuran darah begitu saja. Hal itu bisa memberitahukan kita betap brutalnya rezim dulu dan sebanyak 2x setahun staf museum harus mengundang para biksu mengadakan upacara museum untuk para korban.